Lembaga Pembinaan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional
Melalui Panitia Kreasi Virtual Katolik Indonesia 2021 Menyelenggarakan Webinar
Pembicara webinar utama “Warga Katolik Untuk Indonesia” antara lain berlatar ilmu sejarah, filsafat-teologi, dan politik. Pembicara berlatar ilmu sejarah nota bene adalah Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila yang menyampaikan refleksi tentang “Berbakti Untuk Indonesia Dalam Perspektif Pancasila”. Pembicara berlatar filsafat-teologi, pakar etika, memberi pemikiran dan catatan tentang peran warga Katolik untuk Indonesia. Momen webinar yang penting ini diisi juga dengan pembicara berlatar pengamat politik melalui sharing pengalaman sebagai kaum muda yang berbakti untuk Indonesia.
Lembaga Pembinaan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) merayakan dan menyemarakkan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) 2021 melalui Kreasi Virtual Katolik Indonesia (KVKI) yang dihadiri 34 provinsi di tanah air Indonesia selama 2-28 Oktober 2021. Aktivitas yang diselenggarakan antara lain; Lomba Mazmur Tanggapan, Lomba Cerdas Cermat Rohani, Lomba Tutur Kitab Suci, serta Webinar “Warga Katolik Untuk Indonesia”. Apakah dengan menjalani berbagai aktivitas KVKI periode Oktober berhubungan dengan nuansa kebangsaan Indonesia? Presiden Joko Widodo ketika membuka secara resmi KVKI 2021, menunjukkan statement dan harapan bahwa acara sosial keagamaan yang bernuansa kebangsaan ini, memerkokoh iman umat Katolik, memupuk rasa nasionalisme, serta menguatkan moderasi kehidupan beragama melalui kecintaan terhadap seni budaya gerejani. Dan. Dalam sambutan pembuka Webinar KVKI 2021, Ketua Umum LP3KN, Prof. Adrianus Meliala, PhD kembali mengulang dan mengajak peserta webinar untuk memertebal nuansa kebangsaan Indonesia.
Selama dua jam tiga puluh menit webinar, pembicara pertama, Prof. Dr. Hariyono MPd. memerlihatkan “Wawasan Kebangsaan & Kearifan Kultural” dalam beberapa hal seperti: Pancasila adalah soal perjuangan sampai dengan sekarang dan seterusnya memasuki dunia baru. Prof. Dr. Hariyono menunjukkan sejarah perjalanan bangsa yang diwarnai dengan perubahan wawasan, namun tetap berada di atas dasar negara yaitu Pancasila yang harus dipahami bersama. Paparan singkat Pembicara I, tidak melupakan data historis pendiri bangsa Bung Karno yang menegaskan bahwa negara yang dibangun bukan untuk satu orang, atau satu golongan, melainkan negara “semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu” (1945). Indonesia milik bersama terkesan masih harus dibangun melalui kesadaran, akan kebangsaan, kenegaraan dan pemerintahan. Di sini Pancasila sebagai ideologi progresif menjadi energi positif serta menjadi sumber inspirasi sekaligus orientasi bagi tugas kehidupan baik keagamaan dan kewargaan. Kiranya warga Katolik Indonesia mampu aktualisasi kreativitas dan inovasi, demi pencapaian prestasi dalam berbakti serta melayani nusa dan bangsa Indonesia.
Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ sebagai pembicara kedua membawakan materi “Warga Katolik Untuk Indonesia: Bagaimana?” Romo Magnis lalu menunjukkan dua hal penting yang patut ditanggapi umat Kristiani. Pertama, mengingat bahwa dalam tonggak sejarah keselamatan, umat Kristiani dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, maka berbakti untuk bangsa Indonesia menjadi sangat relevan. Saat Yesus bersabda; “Jadilah saksi-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria, sampai ujung bumi”, merupakan sabda penting pada masa perutusan serta menentukan orientasi kehidupan umat Kristiani selanjutnya. Menyalakan dan memancarkan kebaikan dalam hidup bersama sebagai sahabat serta integrasi dengan masyarakat, dan menjadi pelayan masyarakat merupakan semangat awal menjadi saksi Kristus. Hidup bersama di tengah masyarakat yang pluralistik, membutuhkan kontribusi dalam kerendahan hati yang ikhlas.
Hal kedua yang disampaikan Romo Magnis adalah Pancasila rahmat bagi bangsa Indonesia. Romo Magnis menunjukan ajaran sosial-politik Gereja Katolik dari Rerum Novarum (1891) sampai Fratelli Tutti (2020) merupakan referensi rujukan. Keadilan sosial, kesejahteraan umum, keutuhan lingkungan hidup, hormat pada Hak Asasi Manusia serta agama dan kepercayaan harus dijalankan dalam kehidupan bersama. Pancasila sebagai rahmat bagi bangsa Indonesia menjadi rujukan penting dalam menyatakan etika hidup bersama. Setelah dua puluh menit presentasi, Romo Magnis mengakhiri dengan simpulan Pancasila menjadi wahana realisasi cita dan harapan Kristiani dalam dimensi politik di Indonesia. Dan, sebagai manusia Pancasila, pengikut Yesus dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di dalam masyarakat.
Langsung setelah Romo Magnis, pembicara ketiga yang muda dan amat kreatif, Mas Yunarto Wijaya berbicara tentang “Warga Katolik Untuk Indonesia – Refleksi Personal”. Ketika mengawali pembicaraan tentang “saya dan Katolik” dalam konteks kelompok kecil di Indonesia, iman dinyatakan sebagai inspirasi dan aspirasi dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sekalipun “saya dan Katolik” merupakan unit kecil di Indonesia, kita memiliki dan berbagi amanat yang sama dalam merawat kemanusiaan dan menata keindonesiaan sepanjang bangsa ini bekerja keras untuk mewujudkan tujuan nasional. Banyak tantangan seperti beban historis, sejarah (mau) ditulis kembali, polarisasi melebar, tentu harus ditata dalam suatu narasi yang benar untuk dipahami bersama, kemudian kembali ke basis utama yang menjadi titik temu yaitu Pancasila.

Dengan demikian, perjuangan dan harapan dalam terang iman masih sangat penting dan relevan bagi “saya dan Katolik” kini dan selanjutnya. Agenda bersama yang patut dijalankan antara lain bersaksi, bersekutu, dan melayani dalam kebersamaan. Mas Yunarto Wijaya ketika sharing tentang pengalaman dalam proses politik, misi yang diemban adalah mengurangi bata demi bata yang tidak ideal. Dan, hanya dalam rutinitas kesabaran, kewarasan, serta memori kolektif, maka energi baru akan diperoleh demi persembahan terbaik bagi bangsa dan tanah air Indonesia. Pesan dan evaluasi yang patut diterapkan ke depan adalah berbeda bukan bermusuhan, kritik bukan kebencian, serta jangan pernah menyerah mencintai Indonesia.
Webinar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab serta diskusi secara teratur di bawah kendali moderator, Dr. Raja Oloan Tumanggor. Pertanyaan diskusi dijawab dengan tuntas oleh narasumber melalui pengembangan, perbandingan, serta catatan penegasan. Webinar utama “Warga Katolik Untuk Indonesia” memiliki impresi yang sungguh unik bagi 105 peserta di Zoom Meeting, serta 405 partisipan yang melihat pada Youtube. Karena itu, bukan tanpa alasan jika disampaikan apresiasi dan terima kasih banyak kepada semua yang ada pada webinar. Amatlah baik bahwa Panitia KVKI 2021 telah membangun kerja sama dengan narasumber yang qualified. Semua pihak yang terlibat dan mendukung penyelenggaraan webinar serta petugas yang melayani, disampaikan many thanks. Semoga webinar dan misi bersama yang bersandar pada inspirasi “100% Katolik, 100% Indonesia” serta dengan menghidupi pesan Tuhan Yesus, maka jadilah saksi Kristus dalam masyarakat dengan rendah hati dan tulus ikhlas.
Silverius CJM Lake, Litbang LP3KN.